Beberapa hari yang lalu saya ingin sowan ke Gereja tempat Guru Agama saya (Pdt Hotman Gurning) melayani. Namun yang mengherankan, selain gedungnya yang baru, suasana di situ terlihat sepi. Saya pikir karena tidak ada kebaktian, dan pak Gurning sendiri tidak lagi tinggal di situ jadi ya sepi. Akhirnya saya putuskan untuk kembali ke situ pas kebaktian. Tapi ternyata sama saja, suasana tetap sepi.
Karena penasaran maka saya putuskan untuk tanya teman dan jawabannya sungguh mengagetkan.
"Gerejanya di tutup orang Ngruki."
"Wah kok bisa? Ngruki kan di Sukoharjo, sedangkan Gereja tersebut di Solo?"
"Ya begitulah mereka memang suka cari gara-gara"
"Sejak kapan?"
"Sejak Februari tahun ini"
"Tapi tetangga sekitar gak masalah?"
"Tetangga sih gak masalah yang bikin masalah justru orang luar"
"Lha sekarang sudah dapat ijinnya belum?"
"Hampir komplit yang belum tinggal FKUB"
"Kok aneh, masak FKUB lum kasih ijin"
"Ya biasalah banyak alasan, gak pernah rapat, dan siapa yang mayoritas di FKUB"
Saat berbicara dengan teman saya tersebut saya jadi teringat cerita dari Mas Wawan. Dia pernah menceritakan omelan Bupati Klaten yang mengatakan kalau gereja yang runtuh karena gempa kemarin belum bisa berdiri karena belum keluar ijin dari FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), padahal pemerintah sendiri sudah mengijinkan.
Saya sendiri kecewa dengan kinerja FKUB yang sering kali lambat dalam merespon situasi. Aneh rasanya mo mendirikan tempat ibadah saja susahnya minta ampun. Dan yang membuat susah bukannya dari golongan Pemerintah atau orang-orang sekitar yang tidak tahu apa-apa tetapi justru FKUB yang sebenarnya dibentuk untuk menjaga kerukunan umat beragama.
Bukankah seharusnya FKUB dapat menjadi mediator bagi keragaman agama di Indonesia? Bukankah FKUB seharusnya dapat menjadi panutan bagi mereka yang tidak suka toleransi agar bisa bertoleransi?
Tapi dari dua peristiwa di atas saya mengambil hipotesa (setidaknya untuk wilayah Solo dan Klaten) bahwa FKUBnyalah hanya diisi para pemalas yang tidak tahu apa itu toleransi umat beragama.
No comments:
Post a Comment