Thursday, October 25, 2007

Melesat!com - Share with us

Setelah berpuasa selama beberapa bulan akhirnya situs melesat.com bisa diluncurkan kembali. Namun tidak seperti yang dulu, saat ini pakai hosting gratisan. Akibatnya beberapa kali sempat down. Maklum hosting gratisan dan kayaknya juga sedang mencari identitas hahaha.

Isinyapun juga berbeda dengan yang dulu, kalau melesat yang dulu memiliki konsep sebagai Direktori Kristen Indonesia sedang melesat yang sekarang lebih mengarah ke social bookmark. Dengan demikian isinyapun tidak hanya terbatas situs utama tetapi juga bagian-bagian situs yang memuat informasi penting berkaitan dengan Kekristenan.

Situs baru ini menggunakan cms Pligg, sebuah cms baru yang fungsinya menyerupai Digg.

Hanya saja bahan-bahan yang boleh masuk situs ini hanyalah bahan yang berkaitan dengan kekristena. Untuk saat ini memang fokus ke bahasa Indonesia, tetapi konten dalam bahasa Inggrispun juga boleh dimasukkan.

Untuk lebih jelasnya langsung aja deh ke Melesat!com

Oh ya, ngomong-ngomong soal hosting, aku sedang nyari hosting baru nih, yang gak sering down dan cepat. Ada yang tertarik mo ngasih? :)

Thursday, October 18, 2007

How to Backup and Restore data SX1

Always backup your SX1 data. If you don’t want loss it when you reset your phone or update your firmware. There are two way to backup your data, using MMC or Siemens Data Suite.

1. Using MMC via your SX1

Backup
a. Go to Menu (can you do that? :) )
b. Go to Extra > Memory
c. Click Option > Backup Phone Memory > Yes
d. Backup process will show and let your SX1 backup data into MMC
e. Done

Restore

a. Go to Menu (can you do that? :) )
b. Go to Extra > Memory
c. Click Option > Restore from Card > Yes
d. Restore process will show and let your MMC restore data into SX1
e. Done

2. Using Siemens Data Suite via PC

Backup
a. Open Siemens Data Suite (SDS)
b. For first time using SDS go to Setting Menu > Backup
c. Choose your backup root directory. SDS will create folder call “Siemens Data Suite” in this root. The folder content your SX1 backup data.
d. Click Backup Now and wait until backup process finish.
e. Done

Restore
a. Open Siemens Data Suite (SDS)
b. Go to Setting Menu > Restore
c. On Available Backup choose file (date) that you want to restore then on Files to Restore choose whick file that you want to restore
d. Click Restore Now and wait until restore process finish.
e. Done

Tuesday, October 09, 2007

Nit(h)a

Kenanganku terhadap Nitha kembali hidup ketika aku mengikuti acara pelepasan peserta retreat kaum muda di gereja ke Bukit Hermon, Tawangmangu. Pemicunya ialah seorang gadis yang sedang duduk di depan pintu masuk gereja. Kuamati gadis tersebut sambil berharap bahwa dia benar Nitha adanya. Baru kali ini kulihat wajahnya, agaknya ia baru pertama kali ini ikut acara kaum muda atau bisa juga ia pindahan dari gereja lain. Entahlah.

Selang beberapa detik kemudian kupaksakan kakiku melangkah mendekati dirinya. Walaupun aku dapat berargumen bahwa aku ingin bertemu dengan teman-temanku yang kebetulan juga duduk di dekat dirinya namun tak dapat kubohongi diriku bahwa aku juga ingin duduk di dekatnya. Sebelum kesempatan itu hilang.

Aku memilih duduk di sebelah kiri teman-temanku sehingga gadis itu sekarang duduk di sebelah kiriku. Beberapa kali kuberanikan melirik wajahnya dan sialnya iapun melirikku balik yang tentu saja membuatku jadi salah tingkah.

Bagiku Nitha merupakan seorang gadis ideal yang pasti ingin dipacari oleh siapapun cowok yang pernah melihat dirinya. Dua acungan jempol pantas diberikan untuknya. Satu untuk keindahan tubuhnya yang tidak kalah dengan peragawati kelas internasional. Sedangkan jempol yang kedua diacungkan untuk inner beauty yang tidak kalah dengan kecantikan fisiknya. Sikap sederhana, penolong, ramah terhadap sesama dan tidak membeda-bedakan derajad dalam pergaulan itulah yang semakin membuatku ingin menjalin asmara dengan Nitha.

"Eh, kamu ikut berangkat Retreat sekarang, kan?!"
"Hehehe, enggak," aku hanya bisa tersenyum menolak ajakan teman-temanku, "nanti aku nyusul."

----

Di dalam bis menuju Tawangmangu aku berharap dapat berjumpa dengan gadis yang telah mengingatkan pada Nitha kemarin. Mungkin saja dia berangkat retreatnya nyusul sama seperti aku. Aku berkhayal andaikan aku dapat bersama gadis itu duduk sebangku yang khusus untuk 2 orang.

Sudah lebih dari 3 tahun aku pacaran dengan Nitha. Suatu waktu lebih dari yang cukup untuk melanjutkan hubungan kami ke jenjang pernikahan atau menentukan bagaimana kelanjutan hubungan kita.

Dan hal itulah yang pada suatu hari dipertanyakan oleh Nitha, "Kamu, ingin melanjutkan hubungan kita?"

"Tentu saja, aku justru menginginkan kita bisa menjalani hubungan ini dengan lebih serius."

"Apa gak lebih baik kita cukupkan sampai di sini saja hubungan kita?"

"Lho, memangnya kenapa?" aku kaget, hampir tidak percaya dengan ucapan Nitha barusan.

Nitha terdiam dan akupun ikut diam, menunggu dia bicara. "Bukannya aku gak cinta lagi ama kamu, tapi kenyataannya kita gak bakalan mungkin bisa cocok karena kita beda agama."

"Tapi, Nit, bukankah selama ini kita tidak pernah mempermasalahkannya? Bukankah selama lebih dari 3 tahun kita pacaran tidak ada satupun masalah yang muncul hanya karena perbedaan agama?"

"Mungkin sekarang tidak ada, tapi bagaimana nantinya? Apa kamu berani menjamin bahwa tidak akan ada masalah diantara kita karena perbedaan iman?," Nitha kembali terdiam dan akupun juga ikut diam, "bagaimana dengan pemberkatan pernikahan kita? kamu mau gak menikah denganku bukan di gereja? bagaimana dengan agama anak kita, bagaimana..."

Ya, aku memang berbeda agama dengan Nitha. Satu kenyataan yang sering menjadi penghalang cinta sepasang sejoli. Sebenaranya selama 3 tahun kami pacaran tidak ada satupun masalah yang muncul hanya karena perbedaan keyakinan. Tapi aku juga tidak dapat mengingkari hati kecilku yang kadang mengingatkanku akan kehendak-Nya dan prinsipku mula-mula untuk mencari pendamping yang seiman denganku.

Prinsip itulah yang kini menjadi kerinduan di dalam hatiku. Kerinduan untuk datang kebaktian atau persekutuan bersama kekasihku, kerinduan untuk doa bareng kekasihku maupun kerinduan sharring masalah kekristenan dengan kekasihku. Semua kerinduan yang selama lebih dari 3 tahun tidak pernah muncul dan kini entah kenapa kerinduan tersebut semakin memuncak. Oh, Tuhan, aku terlalu mencintai Nitha. Seandainya Nitha seiman denganku...

"Aku telah merenungkan hal ini... dan keputusan sudah kuambil... sebaiknya..." Nitha terdiam tidak mampu menyelesaikan kalimat yang ia ucapkan dengan terbata-bata. Ia berusaha menahan perasaannya tapi pada akhirnya setitik air mata turun membasahi pipinya. Spontan aku menggeser dudukku mendekati dirinya dan menghapus air matanya.

"Kamu mau gak pindah ke agamaku?" aku terkejut dengan apa yang baru saja kuucapkan. Sepanjang aku jalan dengan dia, tidak pernah aku mengenalkan Yesus jika dia tidak menanyakannya, tapi kini, aku justru terlalu berani untuk mengajaknya pindah ke agamaku.

Nitha tercenung sejenak lalu tersenyum dan berkata, "Aku gak mau pindah agama karena seorang cowok atau perkara duniawi lainnya. Aku akan pindah agama jika aku mencintai Tuhan dalam agama tersebut dan sampai detik ini aku tetap berpegang teguh pada keyakinanku. Mencintai Allah."

Aku memaksakan diri untuk tersenyum walaupun kecewa karena usahaku untuk tetap bersatu dengannya gagal. Namun jauh di dalam hatiku muncul juga perasaan kagum pada dirinya. Kagum karena ternyata Nitha bukanlah tipe orang yang mudah gonta-ganti keyakinan hanya untuk mengejar perkara duniawi.

Kembali kami terdiam tanpa ada keinginan untuk bertutur kata atau sekedar beradu argumen mencari jalan untuk mempertahankan hubungan kami. Kami sadar bahwa perbedaan keyakinan terlalu kokoh berdiri menjadi batas cinta diantara kami. Kulihat berulangkali dia mengedipkan kelopak matanya untuk menahan tetesan air matanya. Sementara itu tanganku kini memeluk dirinya dan menuntun kepalanya bersandar dipundakku. Aku sadar bahwa ini mungkin terakhir kalinya aku dapat menikmati suasana seperti ini dengan Nitha. Oleh karena itu, kubiarkan diriku saat mengecup kepalanya dan mencium harum wangi rambutnya tanpa ada keinginan untuk melepaskannya. Bersama dengan itu berbagai macam kenangan yang telah kami lalui kembali terlintas di pikiranku yang tanpa sadar telah memaksaku meneteskan air mata.

"Bukit Hermon... Bukit Hermon... ada yang turun ?!"

-----

Aku cukup beruntung. Di Bukit Hermon aku dapat berjumpa dan beberapa kali ngobrol dengan gadis itu. Orang bilang jika engkau mulai memikirkan lawan jenismu maka temuilah dia dan ajaklah dia bicara supaya engkau tidak lagi terlalu memikirkannya lagi. Selain itu, padatnya acara ternyata cukup menyita waktu sehingga pikiranku tidak lagi tenggelam bersama Nitha.

Sudah lebih dari satu tahun aku tidak bertemu atau menjalin kontak dengan Nitha. Ia sekarang melanjutkan studinya ke luar negeri. Hal ini tentu saja memberikan keuntungan bagi kami untuk dapat saling melupakan satu dengan yang lain. Walaupun sangat sulit namun aku hampir saja berhasil melupakan kisah cintaku dengan Nitha sampai gadis itu muncul dan kembali mengobarkan kenangan yang telah lama terkubur.

Oh, Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Menjauhi gadis itu dan berharap perasaan cintaku terhadap Nitha benar-benar hilang atau berusaha mengenalnya lebih dekat lagi da berharap dia dapat menggantikan Nitha dalam kehidupanku. Tidak, aku tidak mau mencintai seseorang hanya karena secara fisik dia mirip dengan mantanku terdahulu. Aku juga tidak mau menjauhi gadis itu hanya karena ia mirip dengan Nitha. Bagiku Nitha adalah cinta di masa lalu dan bila ada gadis yang mirip dengan dirinya maka kuanggap sebagai suatu kebetulan.

Hari Minggu siang saat hendak pulang ke Solo aku duduk di dekat gadis itu. Kuakui walau kami sering berbicara namun sampai detik ini aku masih belum tahu namanya. "Boleh tahu, namamu, siapa?"
"Nita."

Suatu Hari Di Bukit Hermon

Malam belumlah larut namun suasana di Rumah Retreat Bukit Hermon - Tawangmangu yang hari ini dipakai untuk acara retreat mahasiswa Kristen dari FISIP UNS Solo terlihat sangat sepi. Hal ini dapat dimaklumi sebab acara yang telah berlangsung selama 2 hari ini memang menguras banyak tenaga. Akibatnya semua peserta malam ini lebih memilih tidur mengistirahatkan badan daripada bergadang.

Tapi benarkah semua telah tertidur? Eit tunggu dulu... Ada tiga mahluk hidup yang berlarian menuju kamar paviliun. Apa saja yang menghalangi, mereka terjang, kalau halangannya terlalu berat untuk diterjang ya dilompati, kalau gak bisa diterjang atau dilompati ya nyari jalan lain... yang penting lari... lari... lari... Kelihatan sekali mereka sedang dikejar alias melarikan diri dari sesuatu. Tapi apa ya?

"Gawat, gawat... wah bener-bener gawat, Met!"

Meity yang sedang duduk di depan kamar paviliun heran melihat Burwan, Irvan, dan Arief lari pontang-panting ketakutan, "Ada apa sih?"

"Ada di sana, Met..." jawab Arief sekenanya, "hegh... hegh... hegh..."
"Ada di sana apa?"
"Ada hegh... hegh... hegh... ada hegh... hegh... hegh..."
"Ada hegh... hegh... hegh... apaan?,"
"Ada hantu, Met,"
"Ala, boong!"

"Bentar, Met nanti kami ceritakan tapi sebelumnya biar kami bernafas dulu, OK?" pinta Burwan yang langsung ditanggapi dengan anggukan dan senyuman oleh Meity.

Tanpa babibu ketiga anak tersebut langsung sibuk mengatur nafasnya masing-masing hegh... hegh... hegh... meong (lho)

"Begini ceritanya," Irvan mulai bercerita setelah merasa irama nafasnya sudah mulai teratur, "tadi kami jalan-jalan ke depan terus melihat Sigit sedang duduk sendirian di depan. Ya kita samperin aja lalu kita ngobrol ngalor-ngidul, utara-selatan tanpa juntrungan
"Nah pas asyik-asyiknya ngobrol, Sigit bilang eh kalo wajahku kayak gini cakep gak?
"Aku liat wajahnya, tiba-tiba sudah berubah jadi tengkorak..."

Burwan ikut nimpali, "kupikir ah paling cuma topeng tapi waktu kulihat kok jalannya gak menyentuh tanah, ya udah kami sepakat untuk lari..."

"Eh, jangan-jangan dia ngejar kalian."

"Hush, jangan bilang gitu donk," protes Arief sambil mengarahkan pandangannya ke lorong menuju arah depan.

"Tadi kalian bilang hantu itu memakai wujud Sigit, ya?" Meity coba kembali menegaskan cerita teman-temannya yang hanya mereka jawab dengan anggukan.

"Wah terjadi lagi, deh" ujar Meity singkat tanpa menunjukkan wajah kaget, takut atau cemas.

Tapi justru ekspresi wajah Meity itulah yang mengundang tanda tanya besar bagi teman-temannya. Ada apa dibalik semuanya ini. Mengapa Meity berkata 'wah terjadi lagi' Apakah peristiwa ini sudah terjadi sebelumnya?

"Emangnya ada apa?" tanya Arief mewakili rasa penasaran teman-temannya, "dulu udah pernah kejadian kayak gini, ya?"

"Iya, sih," Meity pun mulai bercerita bahwa beberapa tahun yang lalu ada peserta retreat yang meninggal karena kecelakaan. Waktu itu ia datang menyusul retreat. Tapi malangnya di tengah perjalanan ia ditabrak bis dan tewas seketika di tempat itu juga. Sedangkan arwahnya masih penasaran untuk mengikuti acara retreat hingga akhirnya dia sering menemui siapa saja peserta retreat di Bukit Hermon ini dengan mengambil wujud peserta lain.

"Nah rupanya kali ini ia menampakkan diri kepada kalian dengan mengambil ujud Sigit"

"Hiii..." respon ketiga anak tersebut hampir bersamaan.

"Eh kalian harusnya bangga donk dijumpai arwah orang tersebut," canda Meity, "jarang-jarang lho ada yang bisa melihat penampakannya."

"Enak aja... amit-amit... dibayar berapapun gak sudi aku ngalaminya lagi!! " teriak Burwan.

Akibat teriakan Burwan tersebut, sebuah buah pintu kamar terbuka. Sesaat mereka tegang, kuatir kalau-kalau Sigit palsu itu akan muncul. Ah... ternyata Bambang yang terbangun karena terganggu oleh teriakan Arief tadi.

"Lho, kok kalian belum tidur?" tanya Bambang penasaran.

Tanpa basa-basi, ketiga anak tersebut secara bergantian menceritakan peristiwa yang baru saja mereka alami.

"Omong kosong! Gak ada tuh arwah penasaran!" protes Bambang setelah mereka selesai bercerita.

"Eh dibilangin gak percaya!" sergah Irvan, "soalnya kamu gak ngalami coba kalo ngalami."
"Gak bakalan percaya! Bagiku orang mati tuh urusannya TUHAN.
"Kalo getu yang ngambil wujud Sigit tadi siapa?"
"Ya setan yang ngambil wujud manusia dan nyebarin gosip tentang arwah penasaran dengan tujuan melemahkan iman manusia kepada Tuhan!

Suasana hening. Tidak ada yang membuka suara. Tiba-tiba Bambang berucap, "Bukankah hal ini telah diterangkan di KKR tadi malam?"

Ketiga anak tersebut saling berpandangan satu dengan yang lain sebelum akhirnya memberi pengakuan, "Kami tadi gak ikut KKR-nya, hihihihi..."

"Ah, kalian ini." Akhirnya dengan penuh antisias Bambang menceritakan isi khotbah Pendeta saat KKR tadi yang membahas mengenai dunia orang mati yang terpisah dengan dunia orang hidup. Orang yang sudah mati tidak dapat lagi berhubungan dengan orang yang masih hidup dan sebaliknya. Bila ada orang yang kelihatan seperti orang mati bisa jadi ia adalah setan yang mengambil wujud orang yang sudah mati. Tujuannya tentu saja untuk melemahkan iman seseorang agar ia lebih takut kepada orang yang sudah mati dibandingkan takut kepada Allah.

Pembicaraanpun terus berkembang mulai dari masalah lahir baru, hidup dalam Kristus, hantu, klenik sampe ke masalah Love, Sex and Date hehehe...

"Hei, kalo mo sharring pelanan dikit dunk?!" bentak Meity yang terganggu dengan suasana ramai diluar kamarnya.

Burwan, Irvan, dan Arief saling berpandangan. Mereka merasa Meity yang tadi duduk di sebelah kiri Burwan belum masuk ke kamarnya yang berada di sebelah kanan Burwan. Sementara itu jalan satu-satunya masuk kamar ialah melalui pintu kamar tapi sejak mereka datang tadi pintu kamar tersebut sedikitpun belum bergerak.

"Lho, Met sejak kapan kamu masuk kamar? Bukankah tadi kamu masih ngobrol bersama kami?"

"Enak aja! Aku dah tidur sejak jam 9.00 tadi dan baru bangun karena mendengar suara berisik kalian!"

Spontan Burwan, Irvan, dan Arief menoleh ke tempat Meity duduk. Kosong! Ketiga anak tersebut saling berpandangan dan akhirnya pingsan bersama-sama.

Menambah fasilitas Read More (Page Break) di Blogger

Salah satu kelemahan dari Blogger ialah tidak adanya secara otomatis fasilitas page break pada editornya. Padahal dengan fasilitas ini seorang blogger cukup menampilkan paragraf pertama dari tulisannya dan paragraf selanjutnya bisa dibaca saat user klik Read More or Complate Story. Akibatnya mau tidak mau pengguna blogspot harus menampilkan semua artikel di halaman utama. Imbasnya bila di halaman awal terdapat 10 artikel maka pengunjungpun juga harus membaca (setidaknya melihat) secara penuh 10 artikel tersebut. Bayangnya bila artikelnya panjang-panjang. Tentu saja kamu harus menscroll sampai kebawah untuk mendapatkan sebuah artikel yang menarik. Capek deh...

Namun jangan kuatir, dengan sedikit trik kamu juga bisa memasang fasilitas page break di blogger kamu. Ada beberapa langkah yang harus kamu ikuti. Sebelum mulai buka terlebih dulu bagian edit template di blogger kamu. Selain itu rumus ini akan disajikan dalam dua bentuk, satu untuk template klasik (classic templates) dan yang kedua untuk template layout. Pilih yang sesuai dengan template yang kamu gunakan.

1. CSS
Taruh script ini di bagian CSS. Bagian CSS ini terletak di bagian atas sebuah template. Inget lho ini dibagian edit template. Taruh bagian ini diantara kode <style> and </style>. Jika kode tersebut tidak ada maka tambahkan sendiri kode tersebut dan di dalamnya di isi kode di bawah ini. Ingat kode <style> terletak sebelum kode </head>

Bagian ini bertujuan membentuk class full post untuk memberikan page break pada postingan

Template Klasik

<MainOrArchivePage>
span.fullpost {display:none;}
</MainOrArchivePage>

<ItemPage>
span.fullpost {display:inline;}
</ItemPage>


Layouts

<b:if cond='data:blog.pageType == "item"'>
span.fullpost {display:inline;}
<b:else/>
span.fullpost {display:none;}
</b:if>



2. "Read More" Links

Masih di bagian edit template taruh kode ini setelah kode <$BlogItemBody$> atau <data:post.body/> Kamu bisa mengganti kata Read more! menjadi Selanjutnya! Lebih Lengkap! Complete! atau kata-kata lainnya yang menunjukkan terusan dari artikel yang kamu pasang. Bagian ini hanya akan muncul di halaman utama dan arsip

Template Klasik


<MainOrArchivePage><br />
<a href="<$BlogItemPermalinkURL$>">Read more!</a>
</MainOrArchivePage>


Layouts

<b:if cond='data:blog.pageType != "item"'><br />
<a expr:href='data:post.url'>Read more!</a>
</b:if>


3. Modifikasi Posting
Langkah terakhir yaitu memasukkan kode ini untuk setiap postingan

<span class="fullpost"></span>

Isi posting yang diapit oleh kode tersebut hanya akan muncul jika orang mengklik read more atau membuka halaman postingan tersebut.

Sebagai contoh bila kamu menulis

Ini postingan saya Dan ini kelanjutannya.


Maka hasilnya ialah

Ini postingan saya

Read More.


Agar tidak lupa sebaiknya kode tersebut dipasang di post template sebagai kode default yang akan muncul di setiap postingan.

Kelemahan
Hanya saja, dengan cara ini kamu harus mengedit satu persatu postingan kamu dengan menambahkan kode <span class="fullpost"></span>. Mengapa? Karena secara otomatis blogger sekarang akan menambahkan fasilitas Read More di setiap postingan yang kamu buat, tidak peduli apakah postingan tersebut separuh atau sudah semuanya.

Kalau postingan kamu jumlahnya masih sedikit mungkin tidak masalah, bagaimana bila sudah banyak hehe.

Ingat
Backup dulu template kamu sebelum melakukan perubahan

Thursday, October 04, 2007

Biarkan kamu pergi!

Suatu saat aku membiarkan kekasihku pergi. Ia meninggalkanku dengan begitu cepat tanpa menyisakan satupun ucapan. Tak sempat kukecup keningnya karena dia langsung ambil langkah seribu. Tak terlontar kata cinta karena mulut ini terasa rapat terkunci. Bahkan pesan selamat tinggalpun tak sempat terlontar karena ia begitu cepat pergi, berlari melawan angin yang bertiup ke arahku.

Sesekali kulihat dia seakan menoleh ke belakang, tapi aku yakin dia terlalu penakut untuk melakukannya. Dan benar, sampai bayang tubuhnya menghilangpun dia tidak berani menoleh, padahal aku selalu menatapnya. Dia benar-benar pergi.

"Bodoh! kenapa kau membiarkan dia pergi begitu saja?" tiba-tiba saja pohon beringin itu membentakku yang karuan membuat bulu kudukku berdiri. Aku mundur beberapa langkah.
Dalam ketakutan aku coba untuk menjawab, "Bukan aku yang meminta, dia yang meminta pergi."
"Tapi kau tetap saja bodoh, kenapa kau tidak mempertahankannya?"
"Untuk apa?," ketakutanku berangsur hilang
"Untuk apa?! Bodoh! karena dia kekasihmu"
"Aku tahu itu tapi kalau dia ingin pergi apa aku harus melarangnya?" keberanianku mulai muncul dan balik kulontarkan pertanyaan padanya."
"Bodoh sekali kau!"
"Aku bukan orang bodoh!"

"Kau menyia-nyiakan sebuah permata indah yang kau dapat dengan bersusah payah" kali ini pohon tersebut mencondongkan tubuhnya ke arahku yang membuatkan mundur lagi kebelakang. Aku terhenti saat tubuhku tersandar pada sebuah batu, pohon itupun ikut berhenti, "seharusnya kau berusaha mempertahankannya."
"Aku ingin tetapi kau tidak tahu masalahnya"
"Hemmm," kali ini pohon tersebut kembali menegakkan tubuhnya yang membuatku dapat kembali bernafas lega.

Ia diam sesaat dan membiarkan angin sepoi menerpa tubuhnya, "apa masalahnya?"
"Karena dia tidak lagi indah seperti yang dulu."
"Maksudmu?"
"Ada permata lain yang lebih indah yang akan aku miliki, oleh karena itu aku melepas dirinya."

"Anjing kau!" kali ini pohon tersebut benar-benar marah, ia seakan hendak keluar dari tanah, berjalan kearahku lalu melumatku. Tubuhnya bergoyang-goyang sehingga membuat tanah disekitarku bergetar dan dahann serta daunnyaya jatuh menimpaku.
Aku segera mundur tapi langsung terjatuh, "dengarkan dulu alasanku..."
"Alasan apa? Apakah orang bodoh punya alasan yang lebih bijak?!"

"Aku tidak mau cintaku menyakitinya!!"
"Maksudmu?" seketika pohon tersebut berhenti bergoyang.
"Dahulu ia memang bagai permata yang sangat indah tetapi semuanya itu berlalu setelah kami bersama. Apa yang dulu kuanggap parit melintang ternyata jurang yang terbentang. Apa yang dulu kuanggap bukit yang bisa kudaki ternyata gunung yang semakin meninggi. Padaku permata itu tidak semakin indah tetapi semakin memburuk.
"Kenapa kamu tidak membuatnya menjadi lebih baik?"
"Aku selalu berusaha tetapi halangannya sangatlah rumit untuk aku lalui. Jika aku paksakan cinta ini maka jiwanya akan semakin sengsara, jiwaku juga semakin remuk.

Pohon itu diam, benar-benar diam, entah matanya terpejam atau tidak, aku tidak tahu. Yang jelas kesempatan ini aku manfaatkan untuk mundur dari hadapannya secara perlahan sambil tetap berbicara, agar ia mengira aku masih disisinya, "Bagiku jalan terbaik ialah berpisah, aku ingin dia bahagia dan kembali menjadi permata indah. Aku masih tetap mencintainya tetapi bukan untuk bersama, biarkan aku dengan permata baruku karena aku yakin dialah yang paling tepat menemaniku, sekalipun tanpa cinta."

Pohon itu tidak bereaksi, aku pikir dia mengerti yang kuucapkan; atau mungkin dia tertidur; atau tadi hanya mengigau saja? Ah, entahlah! Kubalikan badanku sambil terus mengoceh kali ini kepada angin yang bertiup sepoi dengan suara yang lebih pelan, "Aku sengaja membuat masalah agar dia tidak tahan lalu meminta putus. Setelah itu aku dapat bebas memiliki permata baru; yang telah lama aku cintai; yang kini rumahnya sedang aku tuju."