Sudah menjadi kebiasaan kalau pulang ke Sukoharjo (ke rumah istriku), kami pasti melewati sebuah sungai. Letaknya dekat waduk Mulur Sukoharjo. Walaupun alirannya tenang namun sungai ini cukup mematikan. Konon sudah ada beberapa nyawa yang diminta oleh sungai ini. Namun bukan itu sih yang ingin aku tulis di sini.
Suatu hari aku dibuat terkejut saat melewati sungai tersebut. Bukan karena ada yang meninggal di sungai itu (sekali lagi bukan itu yang ingin kutulis) melainkan air yang di sungai tersebut sudah tidak ada lain. Dengan kata lain sungai tersebut sudah kering.
Karena penasaran kutanyakan pada istriku apa penyebabnya. Dugaanku sih masa kemarau yang cukup lamalah yang mengakibatkan sungai ini menjadi kering. Namun ia memiliki pendapat lain, ia menduga pihak kabupaten Wonigiri sengaja menutup air yang mengalir ke sungai ini. Sudah menjadi rahasia umum bila keberadaan sungai ini lebih menguntungkan para petani di kabupaten Sukoharjo daripada kabupaten Wonogiri. Padahal asal sungai ini dari Waduk Gajahmungkur, Wonogiri.
Keringnya sungai ini juga terjadi pada beberapa sungai di daerah Boyolali. Sungai yang dulu masih memiliki aliran air di kala musim penghujan, saat musim kemarau kembali kering kerontang. Inilah yang kemudian menjadi dilema bagi manusia. Saat musim kemarau sungai kering, saat musim penghujan sungai meluap. Susah memang!
Tapi itu masih dapat ditolerir kalau hal itu sudah menjadi kebiasaan alam. Bagaimana kalau karena ulah manusia? Manusia seenaknya saja membuang sampah di sungai yang menyebabkan aliran sungai di beberapa wilayah terhenti. Akibatnya saat musim penghujan banjirpun tiba.
Aku sempat nyeletuk saat terjadi banjir di daerah Sumber, Solo, "Lha penduduknya saja suka buang sampai di sungai, pantas aja kalau sekarang banjir."
Sekarang semuanya kembali ke diri kita masing-masing. Mari kita jaga sungai kita atau mari kita rusak sungai kita!
No comments:
Post a Comment